Wednesday, November 6, 2013

Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya


SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
PONDOK PESANTREN SURYALAYA





bay-Ma'turidi

A. Pondok Pesantren Suryalaya pada masa kepemimpinan Syeikh Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad

Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil Abah Sepuh, lahir tahun 1836 di kampung Cicalung Desa Bojongsoban Kecamatan Tarikolot Kabupaten Sumedang (sekarang, Kp. Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya) dari pasangan Rd. Nura Pradja (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan Ibu Emah. Beliau dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai Kyai Jangkung. Sejak kecil, beliau sudah gemar mengaji/mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang akidah, fiqih, dan lain-lain di tempat orang tuanya. Di Pesantren Sukamiskin Bandung beliau mendalami fiqihnahwu, dan sorof. Secara khusus beliau mempelajari Tasawuf Islam/TQN dari Syech Tolhah Kalisapu Cirebon. Beliau kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan Tasikmalaya. Beliau kemudian menunaikan ibadah Haji yang pertama.
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang mendukung dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, beliau beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah H. Tirta untuk sementara. Selanjutnya beliau pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5 km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.
Kemudian Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, merintis pendirian Pondok Pesantren Suryalaya yang walaupun pada masa itu banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.
Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.
Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin
Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.
Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tanggal 25 Januari tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun ditempat pengungsiannya di Jl. Cihideung Tasikmalaya (percetakan Galunggung milik H. Sobari). Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Abah Sepuh selama memimpin Pondok Pesantren Suryalaya disamping mengembangkan TQN juga mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren, majelis taklim juga beliau membantu masyarakat membangun saluran irigasi, pasar dan kegiatan lainnya bagi kemajuan dan kesejateraan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Suryalaya.

 B.  Pondok Pesantren Suryalaya pada masa kepemimpinan KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom)
KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.
Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Beliau telah meguasai ilmu-ilmu agama Islam. Oleh karena itu, pantas jika beliau telah dicoba dalam usia muda untuk menjadi asisten Abah Sepuh dan diangkat sebagai Wakil Talqin TQN. Percobaan ini nampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Sepulang dari Mekah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengetahuan beliau meliputi ilmu tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama.
Oleh Karena itu, tidak heran jika beliau fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Beliau juga amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Bahkan baliaupun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan baik.
Setelah Abah Sepuh Wafat, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih menyebarkan ajaran Islam. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya.
Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara.
Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakiltalqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.
Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, maka pada tanggal 2 Oktober 1998 Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan H. Dudun Nursaiduddin.

 C.  Lembaga-lembaga Pendidikan yang Didirikan
Lembaga-lembaga Pendidikan yang didirikan Abah Anom, Secara langsung atau tidak langsung, berperan serta dalam mengembangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Kalau pengembangan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pada masa Abah Sepuh terbatas melalui media tradisional pesantren, maka dimasa kepemimpinan Abah Anom, selain menggunakan media tradisional yang telah ada, juga melalui lembaga pendidikan formal yang didirikannya dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi semuanya amat berperan dalam mengembangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.
Mengingat pendidikan mempunyai peranan penting untuk membentuk akhlak serta budi pekerti mulia dan dalam mencerdaskan bangsa serta untuk menanamkan ideologi dalam proses integrasi nasional. Selain itu terselenggaranya pendidikan formal yang baik juga dapat meningkatkan taraf dan mutu kehidupan bangsa.
Lembaga pendidikan yang ada dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal yang ada terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal umum dan keagamaan.
 a.    Pendidikan Formal
  1. SMP Islam Serba Bakti berdiri pada tahun 1961
  2. MTs. Serba Bakti berdiri pada tahun 1964 (dari PGAP 4 tahun)
  3. PGA (Pendidikan Guru Agama) pada tahun 1966
  4. PTDI (Perguruan Tinggi Dakwah Islam) berdiri pada tahun 1967 (tidak berlanjut)
  5. SMA Serba Bakti pada tahun 1975
  6. MA Serba Bakti berdiri pada tahun 1977
  7. STK Ibu Hj. Euis Siti Ru’yanah berdiri pada tahun 1977
  8. IAILM berdiri tahun 1986
  9. MAK berdiri pada tahun 1994
  10. STIE-LM berdiri pada tahun 1999
  11. SMK Plus YSB berdiri pada tahun 2000
 b.   Non Formal
Pengajian Tradisional
Pengajian tradisional di Pondok Pesantren Suryalaya secara umum mempunyai tujuan yang sama dengan pendidikan formal yaitu : Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hanya saja lebih ditekankan kepada penguasaan materi Kitab-kitab klasikal atau gundul dan kitab kuning.
Adapun materi kitab yang dipelajari adalah :
  1. Al-Qur’an dan Tajwid
  2. Fiqih
  3. Aqidah
  4. Ahlaq dan Tasawuf
  5. Nahwu dan Shorof
  6. Bahasa Arab
Metode pendidikan yang digunakan adalah metode Sorongan,Bandongan dan Klasikal. Metoda ini merupakan wahana pengintensifan pendidikan serta bimbingan kepribadian inter-personal. Metode Sorongan adalah metode cara mengaji kitab dengan mengandalkan keaktifan siswa atau santri. Dalam sorogan santri diharuskan menerjemahkan dan mencoba memahami suatu kitab dalam bahasa Arab yang telah ditentukan. Selanjutnya santri memaparkan terjemahan dan pemahamannya dihadapan ustadz secara individual. Ustadz kemudian akan mentashih/mengoreksi paparan tersebut Metode Bandungan merupakan cara mengkaji kitab oleh ustadz dengan metode ceramah secara bersama-sama seluruh santri.
Metode Klasikal adalah metode pengajian dimana santri atau anak didik dikelompokkan kedalam suatu kelas, kemudian diberi pelajaran tentang suatu materi kitab. Metode ini lebih terukur dengan tetap memasukkan muatan-muatan kepesantrenan di samping materi ilmu non-keagamaan.

 D.  Yayasan Serba Bakti
Untuk membatu kegiatan Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya di bidang pendidikan, dakwah dan sosial maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
  1. Yayasan Serba Bakti Pusat berkantor di Pondok Pesantren Suryalaya
  2. Koordinator Wilayan Yayasan Serba Bakti berada di Provinsi berjumlah 13
  3. Perwakilan Yayasan Serba Bakti Kabupaten/ Kota berjumlah 77
 E.       Wakil Talqin
Untuk membantu Sesepuh PPS sebagai Mursyid TQN maka diangkat wakil talqin oleh Mursyid TQN, dengan fungsi :
  1. Memberikan talqin dzikir kepada kaum muslimin yang berminat tapi tidak dapat datang ke Suryalaya karena berhalangan;
  2. Membina dan membimbing para pengamal TQN
Wakil Talqin seluruhnya berjumlah 89 orang. Sampai saat ini wakil talqin yang sudah meninggal sebanyak 30 orang, yang masih hidup sebanyak 59 orang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri (Singapura dan Malaysia)

No comments:

Post a Comment