Bay-Ma'turidi.
A. Pengertian Guru
Yang dimaksud guru di sini adalah
“orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.[1]
“Profesi pada hakekatnya adalah
suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya
kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut
merasa untuk menjabat kepekerjaan itu.”[2]
Pengertian profesi berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat modern menurut bermacam-macam ragam
spesialisasi, yang diperlukan masyarakat yang semakin kompleks. Demikian pula
profesi kependidikan hingga saat ini masih dibicarakan bnayak orang. Meskipun
berbagai pandangan telah berkembang tentang masalah tersebut, namun satu hal
sudah pasti bahwa sekarang ini mulai dirasakan perlunya lembaga pendidikan yang
secara khusus mempersiapkan tenaga tersebut membawa implikasi bahwa perlu
dikembangkannya program pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang
berkualitas tinggi serta dapat dilaksanakan secara efisien dalam kondisi
cultural masyarakat tertentu.
Profesi ini pada hakekatnya adalah
suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya
kepada suatu jabatan atau pekerjaan itu.[3]
Jika ditelaah, pengertian tersebut
mengandung beberapa hal, yakni bahwa profesi itu merupakan pernyataan atau
janji terbuka, profesi itu mengandung unsur pengabdian, dan profesi adalah
suatu jabatan atau pekerjaan.
Pernyataan atau janji itu bukan
hanya sekedar keluar dari mulutnya, akan tetapi meliputi seluruh kepribadiannya
dan dalam tingkah laku sehari-hari. Janji yang bersifat etis itu mau tidak au
atau setidak-tidaknya berhadapan dengan sanksi-sanksi tertentu. Jika ia
melanggar janjinya, maka akan berhadapan dengan sanksinya tersebut. Misalnya,
hukuman, protes masyarakat, ataupun kutukan oleh Tuhan. Oleh karena itu, jika
seseorang telah menganut profesi tertentu, maka ia akan berbuat sesuai dengan
janjinya. Janji-janji itu biasanya telah digariskan dalam kode etik yang telah
dianut oleh yang bersangkutan.
Profesi mengandung unsur pengabdian.
Suatu profesi bukanlah dimaksud untuk mencari keuntungan bagi dirina sendiri,
baik dari segi ekonomis, maupun dalam arti psikis, melainkan untuk pengabdian
kepada masyarakat. Hal ini akan membawa implikasi, bahwa profesi tidak boleh
sampai merugikan, merusak atau bahkan menimbulkan malapetaka masyarakat.
Sebaliknya profesi itu membawa kebaikan, keberuntungan, kesempurnaan dan
kesejahteraan bagi masyarakat. Memang pengabdian diri berarti lebih
mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan dirinya sendiri.
Kalau perlu kepentingan dirinya harus dikesampingkan demi kepentingan orang
lain atau masyarakat.
P:endapat di atas, tampak sejalan
dengan definisi yang dikemukakan oleh Blackington (1968) yang kemudian dikutip
oleh Oemar Hamalik (1985) yakni sebagai berikut :
A professional may definet mast a
sumply as a nation which is organizet, invompletelky, no doub, but gemunly, for
the performance of function.”
Profesi menurut pandangan sosiologis
merupakan suatu problem tersebut, yakni sebagai berikut :
“The problem of definition derives
from our attempt to give precision to asocial or accupational role that varies
as a function of the setting within whish ia performed, that ia it
selfevolving, and that is perceived differently by different segment of
society.” (Schein and Kommers, 1972:8).
Seorang pun harus memahami anak
didiknya sebagai objek pendidikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
guru dalam memahami anak didik. W.S. Winkel mengemukakan sebagai berikut :
- Setiap siswa memiliki individualitas biologis sendiri.
- Kondisi mental. Kondisi ini merupakan akibat dari
keadaan psikis siswa, seperti ketenangan batin, atau kegelisahan batin,
dan stabilitas mental.
- Vitalitas psikis vitalitas psikis mencakup beberapa
aspek, antara lain:
a. Daya penggerak vital.
b. Kemampuan memulihkan kembali kekuatan.
c. Irama hidup sehari-hari.
d. Kepekaan alat-alat indera.
- Lingkungan hidup siswa.
- Perkembangan kepribadian siswa yang berkembang secara
normal akan menampakkan ciri-ciri yang khas bagi berbagai taraf
perkembangan.[4]
Suatu profesi secara umum berkembang
dari pekerjaan yang kemudian berkembang semakin matang. Dalam bidang apa pun,
profesionalisme ditunjang tiga hal:
- Keahlian
- Komitmen
- Keterampilan yang relevan
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, guru adalah
“orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan dan bantuan anak didik
(siswa) dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,
mampu melaksanakan tuigasnya sebagai makhluk Allah, kholifah di permukaan bumi,
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang sanggup berdiri sendiri.”[5]
Guru dianggap sebagai tolok ukur
berhasil tidaknya suatu pendidikan. Program pendidikan sering dianggap
tergantung pada kualitas guru pengajarnya. Oleh sebab itu, kualitas guru dapat
dipakai sebagai indicator input dalam analisis efisiensi pendidikan.
Guru merupakan faktor yang dianggap
penting juga dalam mengarahkan anak pada tingkat kedewasaan. Guru memiliki
peran, fungsi dan tugas tersendiri dalam proses belajar dan mengajar di
sekolah. Guru yang tidak professional kadang-kadang kurang cakap dalam
membawakan atau melaksanakan tugasnya. Di samping kecakapan kognitif, guru juga
harus memiliki kecakapan yang afektif dan psikomotor. Guru dituntut untuk lebih
bisa membimbing dan mengarahkan anak sesuai dengan kemampuan mereka. Karena
guru merupakan orang tua kedua di rumah, maka setiap perilaku dan
tindakan-tindakannya sebagai teladan bagi anak-anak didik mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru
yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga pendidikan khususnya
siswa. Berhasil tidaknya suatu lembaga pendidikan ditentukan oleh guru yang
professional dan berkualitas.
B. Kemampuan dan Peranan Guru
1. Fungsi Guru
Fungsi guru adalah mendidik dan
mengajar.[6] Kedua fungsi
ini tidak dijelaskan dari peranan yang dijalankan oleh guru. Diketahui konteks
yang lebih luas, peranan guru sebagai pendidik dan pengajar harus diletakkan
dalam rangka kepentingan serta harapan bangsa yang merupakan tujuan yang perlu
dicapai melalui sekolah. Sekolah mempunyai organisasi dan melaksanakan kegiatan
administrasi untuk mencapai tujuan sekolah. Semua upaya yang dilakukan oleh
guru sebagai pendidik dan pengajar harus diorganisasikan dan diadministrasikan
dengan baik agar tercapai suatu hasil kerja yang efektif dan efisien.
Sebagai pendidik dan pengajar, guru
melakukan kegiatan membimbing dan mendorong siswa dalam kegiatan belajar siswa.
Ia disebut juga pembimbing dan motivator yang berperan serta khusus bagi siswa
untuk mendorong kegiatan belajar siswa dalam situasi belajar yang dirancang
oleh guru. Aspek yang perlu dilihat oleh guru dari siswa adalah perkembangan
pribadi seutuhnya yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma dan bagaimana siswa
memiliki nilai-nilai tersebut dalam belajar. Guru memerlukan pengetahuan dan
keterampilan edukatif untuk melakukan kegiatan ini.
Sebagai pengajar, guru mengelola
kegiatan mengajar dan belajar yang direncanakan dengan baik sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan pokok bahasan yang diajarkan. Kegiatan yang dilakukan
oleh guru memerlukan pengetahuan yang untuk mengelola dan mengawasi apa yang ia
lakukan.
Secara makro, tugas guru berhubungan
dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan
kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.[7] Dengan kata
lain, bahwa guru mempunyai tugas membangun fundamental di kemudian hari.
Pada dasarnya dala proses, guru
mempunyai tugas mendidik dan mengajar peserta didik, agar peserta didik dapat
menjadi manusia yang dapat melaksanakan kehidupan selaras dengan hakikat
kodratnya sebagai manusia dalam pertemuan dan pergaulan dengan sesame dan dunia
dan dalam hubungannya dengan Tuhan. Kedua tugas itu merupakan kesatuan yang
terpadu, tak terpisahkan sehingga pengembangan “manusia seutuhnya” dapat
terlaksana dengan baik.
Dalam proses pendidikan, tugas
mendidik bagi guru lebih terpusat pada transportasi nilai-nilai yang terpuji,
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan Negara. Pada hakekatnya
nilai-nilai itumengandung 3 jenis, yaitu :
a. Nilai kenyataan/kebenaran;
b. Nilai keindahan; dan
c. Nilai kebaikan
Tiga jenis nilai ini oleh Notonegoro
disebut dengan nilai-nilai hidup yang dapat diwujudkan atau dicapai dengan
daya-daya jiwa manusia (akal, rasa kehendak). Dengan akalnya manusia dapat
mencapai kenyataan atau kebenaran, dan dengan rasa manusia dapat merasakan atau
mewujudkan keindahan, dan dengan kehendak manusia menuju kebaikan. Atau dengan
perkataan lain, perwujudan mutlak dari akal, rasa dan kehendak manusia,
masing-masing tertuju kepada kenyataan atau kebenaran. Keindahan dan kebaikan.
Mengajar adalah suatu “aktivitas
internasional” suatu aktivitas yang menimbulkan belajar. Guru mendeskripsikan,
menerangkan, memberikan pertanyaan (soal-soal) dan mengevaluasi. Ia mendorong,
menyampaikan sanksi dan membujuk, pendek kata ia melakukan banyak hal agar
peserta didik mempelajari apa saja yang ia piker. Peserta didik harus
mempelajari dan dalam cara yang ia sepakati. Orang tua dan orang lain melakukan
ini juga, tetapi ada perbedaannya. Guru-guru adalah lebih “professional” dalam
arti bahwa mereka mengetahui banyak tentang:
a. Apa saja yang mereka ajarkan.
b. Bagaimana cara mengajarkannya;
dan
c. Siapa yang mereka beri pelajaran.
Suatu tugas pokok dari guru adalah:
menjadikan peserta didik mengetahui atau melakukan hal-hal dalam suatu cara
yang formal. Ini berarti bahwa ia menstrukturisasi pengetahuan atau
keterampilan-keterampilan dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga
menyebabkan siswa tidak hanya mempelajarinya, melainkan juga mengingatnya dan
melakukan sesuatu dengannya. Guru juga mengevaluasi siswa. Oleh karena itu,
siswa ditantang untuk belajar dan mengingat karena ia mengetahui bahwa dalam
suatu cara atau cara yang lain ia akan diuji.
2. Peranan Guru
Yang dimaksud peranan guru adalah
“sebagai director of learning (direktur belajar). Maksudnya, setiap guru
diarahkan untuk pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan belajar (kinerja akademik) yang telah ditetapkan dalam proses
sasaran belajar mengajar.[8]
Pengertian proses belajar mengajar
mempunyai makna yang lebih luas dan lebih berarti daripada pengertian mengajar.
Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan aktivitas yang
tidak terpisahkan antara siswa sebagai pelajar dengan guru sebagai pengajar.
Dalam aktivitas terebut, terdapat interaksi antara siswa yang belajar dengan
guru yang mengajar.
Seperti telah dimaklumi bersama,
bahwa proses belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan tingkah laku,
yang berarti bahwa seseorang yang telah melalui proses belajar akan mengalami
perubahan tingkah laku.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai
direktur belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan,
memelihara dan meningkatkan motivasi aman untuk belajar. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa motif berprestasi mempunyai korelasi positif dan cukup
berarti terhadap pencapaian proses belajar. Hal ini berarti bahwa tinggi
rendahnya prestasi belajar hanya ditentukan oleh tinggi rehdanya motif
berpretasi. Dalam hubungan ini, guru berfungsi sebagai motivator dalam
keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebagai direktur belajar, pendekatan
yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak hanya melalui pendekatan
instruksional akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi (personal
approach). Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan
memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan
proses belajarnya. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar guru
sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar.[9]
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung
jawab guru yang paling utama adalah mendidik, yaitu membantu peserta didik
untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka
seorang guru hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didik, baik jasmani
maupun segi psikis. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan
peserta didik, sistem motivasi atau kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan
mental dan sebagainya. Tindakan yang bijaksana akan timbul juga apabila guru
benar-benar memahami seluruh pribadi peserta didik.
Di samping memahami subjek didik,
salah satu tugas guru yang tidak boleh diabaikan adalah mengenal dan memahami
dirinya. Memahami dan mengenal siswa tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik
tanpa mengenal dan memahami dirinya sendiri. Guru harus mempunyai informasi
yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan
motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkatan kecakapan yang dimilikinya.
Jenis-jenis informasi tentang
dirinya sangatlah membantu para guru itu sendiri dalam mengatasi berbagai
masalah yang timbul dalam tugasnya, seperti konflik, ilustrasi, maladjustment
(latihan kemampuan penguasaan diri) dan sebagainya. Agar guru dapat memahami
dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya maka guru itu sendiri harus
menghindari masalah-masalah tersebut di atas.
Sesuai dengan bidang tugasnya, maka
seorang guru tidka hanya berperan dalam interaksi dengan siswa tetapi interaksi
dengan yang mencakup ruang lingkup lingkungan sosial yang lebih luas baik
keluarga, sekolah maupun variasi peranan guru.
Dalam hubungan dengan kegiatan
pengajaran dan administrative, seorang guru dapat berperan sebagai :
1.
Pengambil
inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Ini berarti bahwa
guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan
serta nilainya.
2.
Wakil
masyarakat ang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi suatu masyarakat.
Guru harus mencerminkan suasana kemauan masyarakat dalam arti yang lebih baik.
3.
Orang
yang ahli dalam mata pelajaran. Bahwa guru bertanggung jawab untuk mewariskan
kebudayaan pada generasi muda yang berupa pengetahuan, hendaknya agar diajarkan
baik isi maupun metode.
4.
Penegak
disiplin, yaitu guru harus menjaga agar mencapai disiplin.
5.
Pelaksana
Administrasi Pendidikan. Di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung
jawab akan kelancaran jalannya pendidikan. Dan ia harus mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan administrative.
6.
Pemimpin
Generasi Muda. Masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan
sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota
masyarakat yang dewasa.
7.
Penerjemah
kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan
kemajuan-kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya untuk
masalah-masalah pendidikan.[10]
Dilihat dari segi dirinya (self
oriented), seorang guru harus berperan sebagai:
a.
Petugas
sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang
dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b.
Pelajar
dan ilmuwan, yaitu sebagai yang senantiasa menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
berbagai cara setiap saat, guru senantiasa belajar untuk mengetahui
perkembangan ilmu pengetahuan.
c.
Di
samping itu guru menjadi spesialis, misalnya seorang guru matematika akan
menjadi wakil dari dunia matematika.
d.
Orang
tua: yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah lingkungan keluarga, sehingga
dalam arti luas sekolah dapat merupakan lingkungan keluarga di mana guru
bertugas sebagai orang tua dari siswa-siswanya.
e.
Pencari
teladan: yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa, dan
bahkan bagi seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi normal tingkah laku.
f.
Pencari
keamanan: yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi orang lain (siswa).
Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan
puas di dalamnya.
g.
Peranan
guru dilihat secara psikologis, guru dipandang, sebagai:
h.
Ahli
psikologi pendidikan yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
i.
Seniman
dalam hubungan antar manusia (artist human relation), yaitu orang yang
mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan
teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
j.
Pembentuk
kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikn.
k.
Catalyst
agent, yaitu orang yang mempunyai
pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai
innovator (pembaharu).
l.
Petugas
kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.
C. Pengertian Motivasi
Untuk dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang apa yang disebut motivasi belajar, maka berikut ini penulis
kemukakan beberapa definisi/bantuan dari beberapa ahli.
Samidjo Mardiani memberikan definisi
motivasi belajar sebagai berikut: “Motivasi belajar yaitu berbagai usaha yang
dilakukan oleh seseorang dalam proses perkembangannya yang meliputi maksud
tekat, hasrat, kemauan, kehendak, cita-cita dan sebagainya untuk mencapai
tujuan.”[11]
Menurut Afifudin, bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu
menimbulkan kesemangatan / kegairahan belajar.[12]
Sedangkan menurut Drs. Amir Dien Indra Kusuma dalam bukunya Pengantar
Ilmu pendidikan, dikatakan sebagai berikut :
“Motivasi belajar ialah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga
yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid”[13]
Berdasarkan definisi-definisi
tersebut maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk
melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.
Dengan adanya dorongan di atas, maka
motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai, maka keadaan
yang menyebabkan timbulnya belajar mereka, sehingga adanya tujuan-tujuan baru
yang akan dicapai lagi. Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh suatu
atau beberapa keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian
tampaklah betapa pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap murid.
Dalam melakukan aktivitas, seseorang
didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur
kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia.
Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari soal kebutuhan,
kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan yang bersifat biologis maupun
psikolois. Menurut Morgan yang ditulis kembali oleh S. Nasution, dikatakan
bahwa manusia itu memiliki berbagai kebutuhan.[14]
Kebutuhan-kebutuhan itu dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.
Kebutuhan
untuk Berbuat Sesuatu Aktivitas.
Hal
ini bagi anak sangat penting, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu
kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, maka bagi orang tua yang memaksa
anak untuk diam di rumah saja, adalah bertentangan dengan hakekat anak. Aktivies
in if celf is a puasuse. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan
belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan
rasa gembira.
2.
Kebutuhan
untuk menyenangkan orang lain.
Banyak
orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu
demi kesenangan orang lain.
3.
Kebutuhan
untuk mencapai hasil
Suatu
pekerjaan atau kegiatan belajar ini akan berhasil baik, kalau disertai dengan
“pujian” Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan
belajar dengan giat.
4.
Kebutuhan
untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin akan
menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari
konpensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa sehingga tercapai kelebihan
atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau
hambatan ini banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubngan
dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan
kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha
mencapai keunggulan.
Kebutuhan manusia telah dijelaskan
di atas senantiasa akan selalu berubah. Begitu juga motif, metode yang selalu
berkait dengan kebutuhan tertentu akan berubah atau bersifat dinamis sesuai dengan
keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu, maka
timbullah teori tentang motivasi.
Tentang teori motivasi ini lahir dan
awal perkembangannya ada di kalangan psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa,
dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hirarki, maksudnya motivasi itu
ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada
beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan,
antara lain.[15]
1.
Kebutuhan
fisiologis
Seperti
lapar, yakni rasa aman. Kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.
2.
Kebutuhan
akan keamanan, yakni rasa aman, kecemasan bebas dari rasa takut.
3.
Kebutuhan
akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan
(keluarga, sekolah, kelompok)
4.
Kebutuhan
untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai
hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Disamping itu ada teori-teori yang perlu diketahui:[16]
1.
Teori
Insting
Menurut
teori ini tindakan sikap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis animal
/ binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan instink atau
pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa
dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Daugall.
2.
Teori
Fisiologis
Teori
ini disebut “behaviour teories.” Menurut teori ini semua tindakan
manusia itu berakar pada usaha pemenuhan kebutuhan dan untuk kepentingan fisik.
Atau disebut sebagai kebutuhan primer.
3.
Teori
Psikoanalitik
Teori
ini mirip dengan teori instink, tetapi telah ditekankan pada unsur-unsur
kejiwaan yang ada pada diri manusia karena adanya unsur pribadi manusia, yakni
id dan ego. Tokoh teori ini adalah Frued.
D. Ciri-ciri Motivasi
Untuk melengkapi uraian mengenai
makna dan teori tentang motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa cirri
motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
1.
Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai).
2.
Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya).
3.
Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
4.
Lebih
senang bekerja mandiri.
5.
Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang
begitu saja sehingga kurang aktif).
6.
Dapat
mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu)
7.
Tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8.
Senang
mencari dan memecahkan maasalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki
cirri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu memiliki motivasi yang cukup
kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara
mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak terjebak pada sesuatu yang
rutinitas dan mekanis. Siswa yang harus mempertahankan pendapatnya, kalau ia
sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus
juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana
memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar
dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan
optimal.
E. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Agar siswa dapat mencapai hasil
belajar yang optimal, maka diperlukan adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa
motivasi bertalian dengan suatu tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada
tiga fungsi motivasi:[17]
1.
Mendorong
manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
2.
Menentukan
arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
3.
Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak
serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga
fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat menelurkan prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
F. Bentuk-bentuk Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis
motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian
motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dengan demikian
bentuk-bentuk motivasi adalah sebagai berikut :
1.
Motivasi
dilihat dari dasar pembentukannya.
a.
Motif-motif
bawaan, yaiktu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ini tanpa
dipelajari.
b.
Motif-motif
yang dipelajari, maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.
2.
Motivasi
jasmaniah dan rohaniah
a.
Yang
termasuk motivasi jasmaniah seperti refelks, instink, otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motif rohaniah, yaitu kemauan
3.
Motivasi
intrinsic dan ekstrinik
a. Motivasi intrinsic, yaitu
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar. Karena diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki tujuan orang yang terididik, yang
berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk
menuju yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa belajar tidak mungkin mendapat
pengetahuan. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan.
Kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan
berpengathuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri
dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar symbol dan seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu
motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu
ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak
penting. Sebab, kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan
juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang
kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.[18]
[1] Rustana
Ardiwanata, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Proyek Peningkatan Mutu
Pendidikan Guru Agama, Depag RI, 1986), hal. 330
[9] H.M.
Arifin, Buku Materi Poko Bimbingan dan Konseling. (Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam dan UT, Jakarta, 1991).
[10] Warkitri,
H. Dra, dkk Buku Materi Pokok Landasan Kependidikan 1-12 (Jakarta,
Universitas Terbuka, 1992)
[12] Afifudin,
Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, (Penerbit Harapan Massa,
Solo, 1986), hal. 110.
[13] Amier
Dien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya, 1973), hal. 162
[14] Sardiman
AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1996) hal 78-80
[16] Sutarjo, Dasar-dasar
Kepemimpinan Administrasi, (Gajah Mada Univesity Press. Cet III,
Yogyakarta, 1991), hal 197.
No comments:
Post a Comment