A. Pendahuluan
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di
Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan
mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak lama,
bangkan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat Muslim.
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang
telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme
berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa
dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula pemimpin bangsa yang
ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik Indonesia dan
memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau setidak-tidaknya
pernah nyantri di pesantren.
Sekarang, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
maju dan permasalahan yang bertambah kompleks, kontribusi pesantren masih terus
diharapkan. Dengan tantangan dan tuntutan yang jauh berbeda, pesantren harus
terus melakukan semangat terbarukan—seperti slogannya Pertamina—dengan berbagai
sumbangan pemikiran maupun dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.
Untuk itulah, upaya “reinventing dan re-eksisting
nilai-nilai pesantren” sebagai ikon peradaban merupakan agenda penting yang
harus dilakukan dengan cermat dan saksama. Agar, keberadaan pesantren tidak
menguap ditelan gerak peradaban yang terus melaju cepat. Salah satu cara untuk
mewujudkan itu adalah dengan memperbarui visi dan misi pesantren itu sendiri
yang sesuai dengan semangat zaman.
Ketika muncul pertanyaan: ”Apakah pesantren Anda
mempunyai visi dan misi?” Semuanya akan menjawab punya. Tapi, problem besar
yang sering terjadi adalah seberapa besar peran visi dan misi mereka susun itu
bagi organisasi. Apakah visi dan misi tersebut dipakai sebagai kekuatan dalam
mencapai tujuan organisasi ataukah hanya berakhir sebagai hiasan dinding yang
dipajang di kantor?
Sebagai elemen mendasar dalam organisasi—termasuk
pesantren, visi dan misi digunakan supaya organisasi bergerak pada track
yang diamanatkan oleh para stakeholder dan berharap mencapai kondisi yang
diinginkan dimasa yang akan datang. Perumusan visi misi biasanya merupakan
proses yang melelahkan bahkan sering menjadi perdebatan sendiri antar anggota
organisasi.
Institusi pendidikan seperti pesantren sebagai sebuah
organisasi, sudah seyogianya—bahkan seharusnya—mempunyai suatu visi dan misi.
Tidak peduli seberapa tradisional atau kolotnya pesantren tersebut. Di beberapa
pesantren tradisional, visi dan misi ini tidak secara jelas diungkapkan. Dalam
artian, cukup ada dalam benak dan hati pendiri atau pengasuhnya. Tidak ditulis
dan ditunjukkan kepada stake holder pesantren lainnya. Padahal, pengetahuan
terhadap visi dan misi bagi seluruh stake holder pesantren akan membantu mereka
dalam mengembangkan pesantren itu sendiri.
B. Pengertian Visi dan Misi
Sebelum
melangkah lebih jauh dalam mewujudkan cita-cita pesantren, kita perlu
merumuskan ide dasar atau visi sebagai kerangka utama. Visi merupakan
ekspektasi (harapan) penyelenggara terhadap program (baca: pesantren) yang
hendak dibangun. Visi dapat pula sebagai teropong ide yang mengantarkan kita
pada cita-cita yang dimaksud dalam program tersebut.[1]
Perumusan visi menggambarkan keinginan ideal penyelenggara atas program
(pesantren) yang kemudian akan diturunkan dalam tujuan, arah, dan target
pesantren itu sendiri.
Sebagaimana
yang penulis kutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebagai
berikut:
Visi adalah :
Visi adalah :
- Kemampuan untuk melihat pada inti persoalan;
- Pandangan atau wawasan ke depan
- Kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan;
- Apa yg tampak dalam khayalan;
- Penglihatan; pengamatan.[2]
Jadi, dari maksud dalam kamus tersebut, dalam dipahami
bahwa visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus
dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran
yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi.
Dengan pada itu, maka penetapan visi, sebagai bagian dari
perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu
organisasi. Visi tidak hanya penting pada waktu mulai berkarya, tetapi juga
pada kehidupan organisasi itu selanjutnya. Kehidupan organisasi sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Oleh karenanya,
visi organisasi juga harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
Pada hakikatnya tidak ada visi organisasi, yang ada
adalah visi-visi pribadi dari anggota organisasi. Namun, kita harus mampu
merumuskan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa komitmen murni tanpa
adanya rasa terpaksa. Visi adalah mental model masa depan, dengan demikian visi
harus menjadi milik bersama dan diyakini oleh seluruh anggota organisasi. Dalam
konteks pesantren, visi haruslah bukan hanya monopoli dari sang kiai, akan
tetapi juga harus dikomunikasikan dan disepakatkan—setidaknya—terhadap para
pengurus pesantren atau yayasan tersebut.
Sedangkan menurut Tony Buzan dalam buku The Power of
Spiritual Intelegence, visi didefinisikan sebagai kemampuan berpikir atau
merencanakan masa dengan dengan bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran
mental tentang situasi yang dapat dan mungkin di masa mendatang.
Dengan
demikian, visi merupakan titik permulaan dari kenyataan hari esok suatu
organisasi, termasuk pesantren. Visi yang benar merupakan suatu gagasan yang
sangat ampuh yang dapat membuat loncatan awal ke masa dengan dengan memadukan
segala sumberdaya untuk mewujudkan visi tersebut. Visi yang benar memiliki daya
tarik dan menyebabkan orang lain membuat komitmen, membangkitkan tenaga dan
semangat, mampu menciptakan makna kehidupan, dan menjadi jembatan antara apa
yang dilakukan sekarang dengan yang diinginkan di masa depan
Sementara itu,
maksud dari Misi berdasarkan kamus yang sama adalah:
- Perutusan yg dikirimkan oleh suatu negara ke negara lain untuk melakukan tugas khusus dl bidang diplomatik, politik, perdagangan, kesenian, dsb;
- Tugas yg dirasakan orang sbg suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dsb;
- Kegiatan menyebarkan Kabar Gembira (Injil) dan mendirikan jemaat setempat, dilakukan atas dasar pengutusan sbg kelanjutan misi Kristus;[3]
Jadi, misi merupakan pernyataan yang menetapkan
tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa
organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa
yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya.
Dr. Riant Nugroho dalam bukunya Perencanaan Strategis
in Action, menuliskan bahwa misi adalah tujuan yang melekat pada setiap
organisasi sampai organisasi tersebut bubar. Misi organisasi memberikan acuan
kepada pemimpin untuk merumuskan visi yang sesuai dengan kapasitas si pemimpin
untuk membuat mission accomplished melalui kapasitas dan keunggulannya.[4]
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang
berkepentingan dapat mengenal organisasi dan mengetahui peran dan
program-programnya serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.
Menurut Peter F. Drucker, fondasi dari kepemimpinan yang
efektif adalah memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikan dan
menegakkannya secara jelas dan nyata. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan
prioritas serta menetapkan dan memonitor standar.[5]
C. PerbedaanVisi dan Misi
Apa beda visi dengan misi?
Pertama, visi adalah
gambaran mental.
Kedua, visi juga
adalah sesuatu yang ada di masa depan.
Karena kedua aspek itu, maka visi seringkali bersifat
abstrak, arah umum dan cenderung abstrak. Misi adalah perwujudan dari visi
tadi. Bila visi adalah impian, maka misi adalah wujud atau bentuk dari impian
tadi. Misalnya, impian Anda adalah memiliki sebuah pusat pembelajaran yang ikut
membangun bangsa serta mensejahterakan banyak orang. Maka misi Anda mungkin
mewujudkan suatu lembaga pelatihan kewiraswastaan. Dapat juga misi Anda adalah
mewujudkan suatu universitas yang khusus mendidik orang untuk menjadi manager
profesional yang baik. Misi juga dapat merupakan rumusan apa yang secara nyata
Anda akan lakukan untuk menghasilkan impian tadi.
Sebagai perbandingan dan contoh, berikut saya kutipkan
visi dan misi beberapa pondok pesantren di Indonesia:
a. Pondok Modern Gontor[6]
Visi
|
Sebagai lembaga pendidikan pencetak
kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah talab al-’ilmi; dan menjadi
sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan umum, dengan
tetap berjiwa pesantren.
|
Misi
|
|
Tujuan
|
|
b. Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok Jawa Barat[7]
Visi
|
Pesantren sebagai lembaga pendidikan
yang unggul dalam ilmu pengetahuan agama dan luas dalam ilmu pengetahuan
umumnya sehingga menghasilkan kader Ulama yang intelektual, cerdas, terampil,
percaya diri, berkepribadian kuat, mampu mengembangkan diri dan mampu
mengembangkan umat manusia seutuhnya serta bertanggungjawab terhadap
masyarakat.
|
Misi
|
|
Tujuan
|
|
c. Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan Jawa Barat[8]
Visi
|
Menjadi lembaga pendidikan Islam yang
berkualitas sebagai
kontributor terdepan dalam mencetak
kader da’i.
|
Misi
|
|
Tujuan
|
|
D. Peran Visi dan Misi
Tidak
dipungkiri, visi dan misi mempunyai peran besar dalam menentukan masa depan
suatu organisasi atau personal. Visi dan misi pesantren juga sangat menentukan
langkah pesantren itu sendiri dalam usaha menciptakan kader-kader muslim yang
tangguh dan luas pemahaman agamanya.
Visi dan misi membuat pemiliknya terdorong untuk
memfokuskan hidup mereka. Visi dan misi yang tajam bahkan dapat ditawarkan
untuk menjadi visi dan misi bersama (shared-vision). Dengan visi bersama,
maka semakin banyak orang yang berpartisipasi untuk mencurahkan energinya untuk
mewujudkan hal tadi. Fantasi tidak akan memiliki kekuatan untuk menggerakkan
orang serupa itu karena fantasi tidak dimulai dari kenyataan yang diterima
bersama melainkan kenyataan yang dihayati secara pribadi saja.
Secara ringkas, ada beberapa peran penting yang dapat diwujudkan dengan visi dan misi yang baik, sebagai berikut:
Secara ringkas, ada beberapa peran penting yang dapat diwujudkan dengan visi dan misi yang baik, sebagai berikut:
- Visi dan misi akan menolong kita untuk menyusun cara mencapai atau strategi menggapainya.
- Visi dan misi kita akan menolong merumuskan prioritas bahkan menghindarkan kita melakukan apa yang tidak berguna bagi pencapaiannya. Dengan demikian kita hidup dengan efektif dan efisien. Berbagai godaan dan pilihan yang menyimpangkan kita dari arah kita dapat ditolak karena kita memiliki kriteria yang jelas.
- Adanya visi dan misi yang jelas akan mempermudah kita menginspirasikan orang yang ada bersama kita untuk mengejar dan mewujudkannya. Mereka memiliki kepastian kemana kita pergi dan kemana kita tidak akan berjalan.
- Visi dan misi menolong kita untuk mengevaluasi diri apakah kita sudah mendekati atau menjauhi visi dan misi tadi. Kita dapat juga mengevaluasi kecepatan gerak kita ke arah yang kita tuju. Hal ini sama seperti ketika seorang penjelajah kutub utara yang dapat mengukur berapa jauh ia sudah berjalan menuju kutub.[9]
E. Ciri-ciri Visi dan Misi yang Baik
Sebelum kita mengetahui cara menyusun visi dan misi, ada
baiknya kita lihat dulu ciri-ciri visi dan misi yang baik. Tokoh pengembangan
sumber daya manusia dan ketenaga kerjaan, Jansen Sinamo (2005) memberikan
beberapa kriteria mengenai kriteria visi dan misi yang hidup dan efektif, yang
terpenting yang bisa saya ambil yaitu:
- Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi;
- Visi-misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang mampu memikat hati orang;
- Visi-misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi;
- Visi-misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga mampu menjadipanduan taktis dan strategis;
- Visi-misi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan, aspirasi, sentimen, penderitaan para stakeholder organisasi;
- Visi-misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi dan menyarikan kompetensi khas organisasi tersebut yang menjelaskan jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya;
- Visi-misi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkiristalkan keindahan, ideal kemajuan, dan sosok organisasi dambaan masa depan, sehingga mampu meminta pengorbanan dan investasi emosional dari segenap stakeholder organisasi.
Selain itu, dalam penyusunan visi dan misi juga harus
diperhatikan hal-hal berikut agar visi dan misi itu bisa menjadi roh sebuah
organisasi:
- Singkat - sehingga mudah diingat dan dipahami;
- Konsepnya harus sederhana dan padat sehingga orang yang sederhanapun tidak mengalami kesulitan untuk memahaminya;
- Karena orang banyak memiliki aspek emosi, nalar dan perilaku, maka visi dan misi tadi harus mampu menyentuh emosi orang dan menjadi tumpuan yang mengilhamkan;
- Visi dan misi juga harus mudah diingat dan karenanya harus menimbulkan gambaran mental. Misalnya, misi untuk menghasilkan sebuah komputer sederhana untuk tiap rumah digambarkan sebagai memberikan stop kontak bagi tiap rumah.[10]
Dalam hal perumusannya, terdapat perbedaan pendapat
mengenai mana yang harus ditetapkan terlebih dahulu; visi atau misi? di
kalangan pakar dan praktisi manajemen strategik terdapat perbedaan pendapat
mengenai apakah misi dulu yang dietapkan baru misi atau sebaliknya.
Fred R. David (2003) berpendapat visi dirumuskan lebih
dulu baru misi. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (1996) serta Robert S. Kaplan
dan David P. Norton (2003) berpendapat misi yang dirumuskan terlebih dulu.
Peter F Drucker berpendapat “hanya Terlepas dari apakah misi atau visi yang
ditetapkan terlebih dahulu, pernyataan misi hendaknya dapat dengan jelas
menunjukkan alasan keberadaan dan “bisnis” atau kegiatan pokok organisasi yang
bersangkutan yang berkenaan dengan nilai dan harapan para stakeholder.
Menurut penulis, dalam sebuah pergerakan (baik organisasi
maupun pribadi), kita harus menemukan dulu misi pergerakan itu, baru kemudian
tetapkan visinya. Menerapkan visi tanpa mendefenisikan misi terlebih dulu
adalah seperti “mau ke Bandung”, tapi kagak tau kenapa harus
ke Bandung atau mau ngapain di sana. Akan tetapi, perbedaan
ini sebenarnya tidak perlu terlalu diperdebatkan karena pada dasarnya antara
misi dan visi terdapat interaksi dan saling pengaruh antar keduanya.
F. Langkah-langkah Menyusun Visi dan Misi
Pesantren sebagai model lembaga pendidikan tertua di
Indonesia, saya kira juga harus mengikuti langkah-langkah modern—seperti harus
punya visi dan misi. Jadi, tidak sekadar terlintas dalam benak kiai ataupun
pengasuhnya saja (seperti yang saya sebutkan sebelumnya dalam pendahuluan).
Lantas, apakah yang diperlukan dan bagaimana langkah demi langkah menyusun
serta menetapkan visi dan misi organisasi/pesantren kita? Untuk menyusun visi
dan misi yang sesuai, maka faktor-faktor pembentuk misi berikut ini harus
dipertimbangkan:
1. Sejarah
Sebaiknya para calon pendiri pesantren—jika pesantren itu baru—berkumpul untuk mendiskusikan dan menetapkan bagaimana pesantren itu akan diwujudkan. Bagaimana ide pesantren tersebut muncul dan idealisme apa yang mendorong jajaran pengasuh maupun pengurus untuk mendirikan tersebut, tentunya akan menjadi titik awal sejarah pesantren itu sendiri.
1. Sejarah
Sebaiknya para calon pendiri pesantren—jika pesantren itu baru—berkumpul untuk mendiskusikan dan menetapkan bagaimana pesantren itu akan diwujudkan. Bagaimana ide pesantren tersebut muncul dan idealisme apa yang mendorong jajaran pengasuh maupun pengurus untuk mendirikan tersebut, tentunya akan menjadi titik awal sejarah pesantren itu sendiri.
Misalnya, latar belakang dan sejarah pendirian pesantren
adalah karena idealisme untuk menyediakan lembaga pendidikan agama terbaik dan
menciptakan kader-kader ulama yang mumpuni di masa mendatang. Atau,
dilatarbelakangi dengan kondisi masyarakat yang terus digerus arus kristenisasi
yang marak di daerah tersebut. Semua itu bisa menjadi acuan yang baik dan tepat
dalam menyusun visi dan misi pesantren.
2. Preferensi masa kini
2. Preferensi masa kini
Setelah kita merekam sejarah (masa lalu) yang menjadi
dasar pendirian pesantren, maka tugas berikutnya adalah melakukan pengenalan
dan inventarisasi atas preferensi saat ini. Kita catat bagaimana pandangan
pengasuh maupun pengurus atas kondisi terkini yang terkait dengan dunia
pesantren dan pendidikan agama. Dengan catatan tersebut, setidaknya dapat
terbentuk preferensi yang tepat dengan keadaan terkini.
Misalnya, para pengurus melihat mayoritas pesantren di
Indonesia ini identik dengan tempat yang kumuh, kotor, jorok, lazim terkena
penyakit kudis, atau hal-hal kurang menyenangkan lainnya, maka kita bisa
membuat nilai tambah atau bahkan yang baru dengan beranjak dari kondisi terkini
yang kurang baik tersebut.
Atau misalkan pula, kita melihat bahwa alumni pesantren
kurang bisa bersaing di masyarakat. Maka, pesantren yang akan kita bangun
mungkin bisa membuat terobosan dengan membuat bidang-bidang usaha; seperti
peternakan, pertanian, toko, bengkel, dan lain sebagainya sebagai bentuk
ketrampilan, di samping tetap mengajarkan ilmu agama sebagai menu utama.
3. Lingkungan pasar
3. Lingkungan pasar
Pesantren sekarang tidak lagi sekadar menjadi lembaga
pendidikan semata yang berdasarkan ilmu ikhlas. Akan tetapi, juga telah menjadi
lahan bisnis dan usaha yang bagi beberapa pihak cukup menjanjikan. Maka, dari
itu, agar ke depannya pesantren kita tidak sepi peminat, perlulah kita
mencermati detil kondisi lingkungan yang ada. Bila perlu, lakukan analisa
mendalam dari saat ke belakang hingga prediksi ke depan. Termasuk berbagai
kemungkinan yang mungkin terjadi.
Dari hasil analisa, munculkan model pesantren yang punya
diferensiasi tersendiri. Berbeda dengan pesantren-pesantren yang telah ada.
Pembedaan mencakup banyak faktor. Kita bisa memilihnya salah satu; bisa dari
fasilitas yang disediakan untuk para santri, bisa mengidentifikasikan diri
sebagai pesantren khusus tahfidz, pesantren khusus kajian ilmu fikih, kajian
ilmu hadis, atau bahkan khusus mempelajari ilmu kanuragan dan tenaga dalam.
4. Sumber daya
4. Sumber daya
Ini yang penting. Kita kudu mulai mengnventarisir
dan mengukur sumber daya yang dimiliki pesantren di tahap awal ini. Mulai dari
tanah yang tersedia; apakah masih sewa, tanah wakaf, atau dari mana. Begitu
pula dengan SDM yang dimiliki pesantren. Termasuk kualitas dan kemampuan sang kiai.
Hasil dari inventarisir dan pengukuran tersebut akan menentukan posisi
pesantren dan kemudian menetapkan tujuan realistik yang sesuai dengan
kemampuan.Maka, tidaklah lucu jika kiai di pesantren itu pakar di ilmu hadis,
kok mau mendirikan pesantren dengan spesialisasi ilmu kanuragan, atau
sebaliknya.
5. Kompetensi yang membedakan
5. Kompetensi yang membedakan
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya dalam poin
lingkungan pasar, poin ini adalah aplikasi sesungguhnya. Ya, berdasarkan
inventarisir kondisi pasar, maka hal yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan
faktor pembeda (differentiation) pada pesantren kita. Ini dilakukan
untuk menarik calon-calon santri dan menghindari kelesuan peminat terhadap
pesantren kita.
Begitulah, beberapa hal yang perlu didiskusikan dan
dijadikan pertimbangan oleh para pengurus dan pengasuh saat hendak mendirikan
pesantren, atau hendak memulai dari awal mengembangkan pesantren. Kemudian,
setelah beberapa poin tersebut diperhatikan, ada beberapa unsur utama dalam
penyusunan misi sebagai berikut:
- Penekanan pada hal-hal yang terbatas kuantitasnya
- Penekanan pada kebijakan dan nilai utama yang ingin dihormati
- Mendefinisikan lingkup kompetensi utama seperti santri, kompetensi, segmen santri, vertikal dan geografis.
Setelah itu, kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar penyusunan misi
yang setidaknya terdiri atas:
- Seperti apa pesantren kita?
- Siapa calon santri kita?
- Kompetensi unggulan apakah yang diberikan kepada santri?
- Seperti apakah yang seharusnya kita lakukan?
Visi dan misi tidak seharusnya menjadi penghias dinding
belaka. Maka, seluruh stake holder sebuah organisasi pesantren harus mengetahui
dan memahami visi dan misi yang hendak dicapai. Makanya, perlu ada sosialisasi
yang kontinyu dan berkesinambungan terhadap semua pihak. Ini demi tercapainya
niat awal pesantren dan bergerak sesuai alurnya.
G. Merumuskan Tujuan Pesantren
Sebagai sebuah sistem untuk mencapai tujuan bersama,
organisasi pesantren tujuan yang jelas. Tujuan tersebut pun harus dirumuskan
sedemikian rupa sehingga semua anggota lingkungan pesantren tersebut mengerti
dan meresapinya. Hal ini akan lebih apabila tujuan tersebut dirumuskan secara
tertulis dan terperinci. Dengan demikian, perumusan tujuan dari tiap komponen kegiatan
yang dilaksanakan di pesantren tersebut akan jelas.
Musthofa Syarif, BA, dalam bukunya Administrasi
Pesantren menyebutkan bahwa tujuan umum dari pesantren adalah membina warga
negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan serta
menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.[11]
Adapun tujuan khusus pesantren dapat dijabarkan sebagai
berikut:
- Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepadaAllah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
- Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa: ikhlas tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis.
- Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.
- Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).
- Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental spiritual.
- Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa.[12]
Sementara itu, Prof. DR. Amir Yusuf Feisal, dalam Reorientasi
Pendidikan Islam, menyebutkan beberapa tujuan pesantren, sebagai berikut:
- Mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama. Sebagai pengawal umat yang memberikan peringatan dan pendidikan kepada umatnya untuk bersikap, berpikir, dan berperilaku, serta berkarya sesuai dengan ajaran agama.
- Mendidik muslim yang dapat melaksanakan syariat agama.
- Mendidik agar objek memiliki ketrampilan dasar yang relevan dengan terbentuknya masyarakat beragama.[13]
Setelah tujuan diketahui, langkah berikutnya adalah
menyiapkan program-program yang bisa mendukung tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
Tiap program yang disusun adalah penerapan dari tujuan yang ada. Selain itu,
tiap program/kegiatan yang dilaksanakan di pesantren pun harus dikupas lagi
tujuannya masing-masing.
Untuk memilih program dan kegiatan, perlulah beberapa
pertanyaan berikut bisa ditanyakan, misalnya:
- Apa tujuan mengadakan berbagai kegiatan mengaji?
- Apa tujuan mengadakan kegiatan olahraga tertentu di pesantren, bela diri misalnya?
- Apa tujuan membuka pendidikan formal?
- Apa tujuan kegiatan kesenian?
- Apa tujuan kegiatan latihan khitobah?
- Dan lain-lain.
Selain itu, untuk mengawal program/kegiatan yang
direncanakan bisa berjalan dengan baik dan sesuai target, maka perlu ditunjuk
pengawal program. Cukup 2 orang untuk tiap program. Satu orang sebagai
konseptor dan satu lagi sebagai pelaksana program. Konseptor bertugas memilih
program yang efektif an efisien demi tercapainya tujuan, sementara pelaksana
program kebagian melaksanakan program semaksimal mungkin—sesuai dengan arahan
dari konseptor program. Mereka berdualah yang bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan dan keberhasilan program. Evaluasi hasil dan perjalanan program
harus selalu dilakukan secara rutin. Laporan perkembangan atau permasalahan
juga perlu dilaporkan berkala kepada pimpinan pesantren—dalam hal ini bisa
pengasuh atau pengurus yayasan.
G. Penutup
Demikian sekilas pembahasan tentang perumusan visi, misi
dan tujuan pesantren. Semoga makalah singkat ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis sendiri, maupun bagi pihak lain yang mau membacanya.
Terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Pengembangan Pondok Pesantren. Saya pribadi merasa mata kuliah ini cukup
menarik. Ternyata, banyak hal dan pengetahuan baru yang dialirkan oleh Pak
Dosen. Pengalaman-pengalaman beliau berinteraksi dengan berbagai pesantren
maupun dalam dunia pengembangan manajemen perusahaan sangat membantu menjadikan
mata kuliah ini menarik dan berkelas.
Saya pribadi mendapatkan pengalaman dan ide-ide segar
dari beliau yang insya Allah akan bisa menjadi modal untuk dikembangkan di masa
mendatang. Kelak, saat amanah itu telah tiba. Terima kasih sekali lagi buat Pak
Dosen. Semoga Allah meridhai kita semua. Amin...
H. Referensi dan Rujukan
- Dr. Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), cet. 1 hlm. 17.
- http://utomokdl.blogspot.com/2007/11/merumuskan-visi-dan-misi.html. diunduh tanggal 9 Juni 2011.
- Keputusan A, Musyawarah/Lokakarya Intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta: PPBKPP, 1978), hlm. 2. Seperti dikutip dalam buku Administrasi Pendidikan.
- M. Suyanto, Strategic Management; Perusahaan yang Paling Dikagumi Dunia, (Yogyakarta: Andi Publisher, September 2007), cet. 1 hlm. 27.
- Mustofa Syarif, Administrasi Pesantren (Jakarta: PT Baryu Barkah, 1979).
- Prof. DR. Amir Jusuf Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet.1.
- Rofik A. dkk, Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), cet. 1 hlm. 45.
- Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. I.
- Website resmi Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok: http://www.alhamidiyah.com/?m=1&v=visi. Diunduh tanggal 12 Juni 2011.
- Website resmi Pondok Pesantren Gontor: http://gontor.ac.id/about/selayang-pandang/. Diunduh tanggal 12 Juni 2011.
- Website resmi PP Husnul Khotimah Kuningan: www.husnulkhotimah.com. Diunduh tanggal 12 Juni 2011.
[1] Rofik A. dkk, Pemberdayaan
Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan metode Daurah
Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), cet. 1 hlm. 45.
[4] Dr. Riant
Nugroho, Perencanaan Strategis in Action, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), cet. 1 hlm. 17.
[5] M. Suyanto, Strategic
Management; Perusahaan yang Paling Dikagumi Dunia, (Yogyakarta: Andi
Publisher, September 2007), cet. 1 hlm. 27.
[6] Seperti
dikutip dalam website resmi Pondok Pesantren Gontor: http://gontor.ac.id/about/selayang-pandang/. Diunduh tanggal 12 Juni 2011.
[7] Seperti
dikutip dalam website resmi Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok: http://www.alhamidiyah.com/?m=1&v=visi. Diunduh tanggal 12 Juni 2011.
[8] Seperti
dikutip dalam website resmi PP Husnul Khotimah Kuningan: www.husnulkhotimah.com. Diunduh tanggal 12 Juni 2011.
[9] http://utomokdl.blogspot.com/2007/11/merumuskan-visi-dan-misi.html. diunduh tanggal 9 Juni 2011.
[10] http://utomokdl.blogspot.com/2007/11/merumuskan-visi-dan-misi.html; diunduh tanggal 9 Juni 2011.
[12]
Keputusan A, Musyawarah/Lokakarya
Intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta: PPBKPP, 1978), hlm. 2.
Seperti dikutip dalam buku Administrasi Pendidikan.
[13]
Prof. DR. Amir Jusuf Feisal, Reorientasi
Pendidikan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet.1, hlm. 183-184.
Wallahu A’lam Bimuradih ….. !
No comments:
Post a Comment